Tidak bisa dipungkiri, semua orang tak lepas dari kebutuhan finansial di setiap sisi kehidupan. Adakalanya, banyak orang yang cerdas mengelola keuangannya dengan baik. Namun ada pula yang kurang bisa mengelola hingga akhirnya berujung terbelit hutang hingga waktu yang sangat lama.
Nah, terkait dengan MODAL, maka saya akan menceritakan pengalaman saya saat mengajukan pinjaman ke salah satu koperasi yang ada di Kabupaten Malang.
Untuk sebuah agunan, ada beberapa surat penting yang dapat digunakan sebagai jaminan selama melakukan peminjaman di koperasi. Bisa berupa Surat BPKB, maupun Sertifikat Tanah atau Rumah.
Jenis agunan sangat mempengaruhi batas maksimal (plafon) jumlah pinjaman. Tentu, plafon sertifikat tanah lebih tinggi dibandingkan dengan surat BPKB. Karena keduanya memiliki nilai jaminan yang berbeda.
Berikut saya berikan contoh kasus yang saya alami sendiri:
Tidak hanya KSU Central Artha Niaga yang menolak pengajuan pinjaman dengan Sertifikat Tanah yang 'kurang bersih', beberapa koperasi simpan pinjam lainnya juga menyikapinya dengan hal yang hampir senada.
Namun, sebagian koperasi lainnya menolak karena pengajuan pinjaman 'terlalu kecil', 7 juta rupiah namun menggunakan agunan Sertifikat Tanah. Hal itu dirasa tidak sesuai dengan biaya kepengurusan notaris dan verifikasi BPN.
Contohnya, KSP Nusamba Wlingi, di Jalan Raya Pakisaji, Kabupaten Malang. Setelah kami berhasil melunasi pinjaman periode pertama, kreditur malah menawari dengan pinjaman yang lebih tinggi. Padahal agunannya masih sama.
Sama halnya seperti di KSP Surya Abadi, Jalan Raya Kepuh, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Setiap di detik-detik pelunasan pinjaman, sang debt collector seringkali menawari, apakah kami mengajukan pinjaman lagi atau tidak.
Dari sini asas kepercayaan saya anggap menjadi sesuatu yang penting bagi pemberi pinjaman. Karena bagaimanapun, penghasilan dari sebuah koperasi berasal dari bunga para nasabah.
Sudah ada KEMAUAN, tapi minim MODAL? pilih koperasi simpan pinjam yang TEPAT. Selamat berwirausaha :)
Kemauan Dan Modal
Bagi Anda yang memiliki sebuah usaha, ada dua faktor yang sangat mempengaruhi. Yakni KEMAUAN, dan MODAL.Nah, terkait dengan MODAL, maka saya akan menceritakan pengalaman saya saat mengajukan pinjaman ke salah satu koperasi yang ada di Kabupaten Malang.
Persiapkan Agunan
Untuk sebuah agunan, ada beberapa surat penting yang dapat digunakan sebagai jaminan selama melakukan peminjaman di koperasi. Bisa berupa Surat BPKB, maupun Sertifikat Tanah atau Rumah.Jenis agunan sangat mempengaruhi batas maksimal (plafon) jumlah pinjaman. Tentu, plafon sertifikat tanah lebih tinggi dibandingkan dengan surat BPKB. Karena keduanya memiliki nilai jaminan yang berbeda.
Pastikan Kondisi Surat, Bersih
Maksudnya 'bersih' disini adalah surat tersebut legal, tidak palsu, dilengkapi surat pendukung lainnya. Jika sertifikat tanah, maka harus dilengkapi bukti PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).Berikut saya berikan contoh kasus yang saya alami sendiri:
- Saya mengajukan pinjaman ke KSU Central Artha Niaga, dengan agunan Sertifikat Tanah milik kedua orang tua saya.
- Pinjaman yang saya ajukan sebesar Rp. 7.000.000,- dengan rentang waktu 12 bulan (1 tahun).
- Saat bertemu dengan salesnya (orang yang melakukan survei), Sertifikat Tanah, bukti PBB, KTP orang-orang yang bersangkutan, dibawa untuk diperiksa serta dilakukan proses selanjutnya di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Notaris sebagai tahapan verifikasi.
- Tiga hari kemudian, surveyor atas mas Ahmad tadi memberitahukan bahwa pengajuan ditolak, karena bukti PBB 'tidak bersih', alias tidak sesuai dengan sertifikat yang diajukan. Setelah saya cek, memang benar seperti itu.
Agunan Sertifikat Tanah, Tak Menjamin Bisa Cair
Memang pengajuan kredit dengan agunan Sertifikat Tanah tidak semudah yang dibayangkan.Tidak hanya KSU Central Artha Niaga yang menolak pengajuan pinjaman dengan Sertifikat Tanah yang 'kurang bersih', beberapa koperasi simpan pinjam lainnya juga menyikapinya dengan hal yang hampir senada.
Namun, sebagian koperasi lainnya menolak karena pengajuan pinjaman 'terlalu kecil', 7 juta rupiah namun menggunakan agunan Sertifikat Tanah. Hal itu dirasa tidak sesuai dengan biaya kepengurusan notaris dan verifikasi BPN.
Tidak Semua Koperasi Sama
Menurut saya, setelah sekian kali mengajukan pinjaman ke koperasi, hal yang bisa saya amati adalah 'kepercayaan'.Contohnya, KSP Nusamba Wlingi, di Jalan Raya Pakisaji, Kabupaten Malang. Setelah kami berhasil melunasi pinjaman periode pertama, kreditur malah menawari dengan pinjaman yang lebih tinggi. Padahal agunannya masih sama.
Sama halnya seperti di KSP Surya Abadi, Jalan Raya Kepuh, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Setiap di detik-detik pelunasan pinjaman, sang debt collector seringkali menawari, apakah kami mengajukan pinjaman lagi atau tidak.
Dari sini asas kepercayaan saya anggap menjadi sesuatu yang penting bagi pemberi pinjaman. Karena bagaimanapun, penghasilan dari sebuah koperasi berasal dari bunga para nasabah.
Sudah ada KEMAUAN, tapi minim MODAL? pilih koperasi simpan pinjam yang TEPAT. Selamat berwirausaha :)
Aku sudah pernah pinjam uang di koperasi, rasanya seperti dikejar setan kredit. :)
ReplyDeleteMenakutkan ya. Hahahahaha
Delete