Masyarakat kini lebih pintar memilih informasi di internet. Mana yang provokatif, mana yang hoax, mana yang murni informasi.
Tak bisa dipungkiri lagi, saat ini kecanggihan internet bisa ditangan dan diakses siapa saja. Mulai dari kelas masyarakat atas hingga kepada masyarakat awam.
Sebagai sarana informasi, media internet merupakan wadah paling cepat dalam mengabarkan, berbagi masalah dan solusi, hingga sebagai ajang sosialisasi.
Hanya saja, perbedaan cara mengkonsumsi sebuah informasi dalam kemasan inernet berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Bisa saya bilang, perbedaan tersebut dipengaruhi cara berpikir seseorang yang secara tak langsung juga dipengaruhi cara berpikir dilingkungan masing-masing.
Yang saya temui, beragam informasi mampu ditampilkan di media online. Baik itu yang fakta, fiktif, maupun berorientasi politis dengan memanfaatkan keterbatasan berpikir seseorang.
Adakalanya, sekelompok pengguna internet memakan mentah-mentah informasi yang disuguhkan dan mengkesampingkan kebenarannya. Di tingkat yang lebih tinggi, seorang konsumen informasi melakukan kroscek namun kepada orang yang salah sehingga menganggap informasi yang diberikan benar adanya.
Dijaman semakin berkembangnya pengetahuan bisnis, muncul pula beragam strategi sebagai upaya menarik perhatian pengguna internet. Mulai dari diksi (pilihan kata), judul yang menyesatkan, hingga kalimat yang bersifat profokatif.
Walaupun secara konten informasi tidak ada hal yang mengada-ada, namun karena orientasi politis menyebabkan para pengguna internet sengaja diarahkan untuk memiliki pemikiran yang sesuai dengan kacamata subyektifitas penulis.
Disisi lain, ternyata berkembangnya kecanggihan internet diiringi dengan berkembangnya cara berpikir pengguna internet. Sehingga konsumen media online mulai bisa membedakan mana tulisan yang bersifat murni informasi, maupun yang bersifat provokatif. Sehingga, warna dari konten informasi mulai jelas terlihat.
Bahkan, masyarakat tak enggan lagi memvonis media online mana yang layak dikonsumsi maupun tidak, mereka juga berani memvonis apakah media online bersangkutan sengaja membawa misi politis atau tidak.
Kini, tergantung masing-masing media online yang mampu membawa diri, apakah visi yang mereka bawa sesuai dengan harapan masyarakat luas. Yakni menjadi media online seutuhnya tanpa memojokkan salah satu pihak atau golongan tertentu.
Salam.
Tak bisa dipungkiri lagi, saat ini kecanggihan internet bisa ditangan dan diakses siapa saja. Mulai dari kelas masyarakat atas hingga kepada masyarakat awam.
Sebagai sarana informasi, media internet merupakan wadah paling cepat dalam mengabarkan, berbagi masalah dan solusi, hingga sebagai ajang sosialisasi.
Hanya saja, perbedaan cara mengkonsumsi sebuah informasi dalam kemasan inernet berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Bisa saya bilang, perbedaan tersebut dipengaruhi cara berpikir seseorang yang secara tak langsung juga dipengaruhi cara berpikir dilingkungan masing-masing.
Yang saya temui, beragam informasi mampu ditampilkan di media online. Baik itu yang fakta, fiktif, maupun berorientasi politis dengan memanfaatkan keterbatasan berpikir seseorang.
Adakalanya, sekelompok pengguna internet memakan mentah-mentah informasi yang disuguhkan dan mengkesampingkan kebenarannya. Di tingkat yang lebih tinggi, seorang konsumen informasi melakukan kroscek namun kepada orang yang salah sehingga menganggap informasi yang diberikan benar adanya.
Dijaman semakin berkembangnya pengetahuan bisnis, muncul pula beragam strategi sebagai upaya menarik perhatian pengguna internet. Mulai dari diksi (pilihan kata), judul yang menyesatkan, hingga kalimat yang bersifat profokatif.
Walaupun secara konten informasi tidak ada hal yang mengada-ada, namun karena orientasi politis menyebabkan para pengguna internet sengaja diarahkan untuk memiliki pemikiran yang sesuai dengan kacamata subyektifitas penulis.
Disisi lain, ternyata berkembangnya kecanggihan internet diiringi dengan berkembangnya cara berpikir pengguna internet. Sehingga konsumen media online mulai bisa membedakan mana tulisan yang bersifat murni informasi, maupun yang bersifat provokatif. Sehingga, warna dari konten informasi mulai jelas terlihat.
Bahkan, masyarakat tak enggan lagi memvonis media online mana yang layak dikonsumsi maupun tidak, mereka juga berani memvonis apakah media online bersangkutan sengaja membawa misi politis atau tidak.
Kini, tergantung masing-masing media online yang mampu membawa diri, apakah visi yang mereka bawa sesuai dengan harapan masyarakat luas. Yakni menjadi media online seutuhnya tanpa memojokkan salah satu pihak atau golongan tertentu.
Salam.
Comments
Post a Comment