Banyaknya kepentingan pihak-pihak tertentu untuk menjadi super power berdampak terhadap penghancuran budaya yang dianggap berpotensi mengancam langkah-langkah menuju ke-superpower-annya tersebut.
Cita-cita kita sebagai Nusantara bukanlah untuk menjadi mendunia (baca: menguasai dunia), namun bertahan untuk menjadi sekumpulan rakyat dengan jati dirinya yang sejati, memiliki ciri khas tersendiri, hingga mampu menjadi inspirasi bagi dunia sebagai keluhuran yang bisa diandalkan.
Terlepas dari ada tidaknya konspirasi penghancuran terhadap Nusantara sebaiknya tetap diantisipasi dengan melakukan berbagai hal yang menguatkan jati diri bangsa, tidak menghilangkan ciri khas yang memiliki nilai keluhuran dalam membangun kebaikan terhadap sesama, memberikan kedamaian dan keselamatan terhadap manusia lainnya.
Tidak selayaknya kita terpancing dengan sulutan emosional liar yang berujung pada perpecahan Nusantara akibat penonjolan perbedaan yang tidak disikapi dengan bijak serta tanpa pemberian solusi.
Kita adalah Nusantara, terbangun dari berbagai keyakinan, dihuni oleh rakyat dengan berbagai agama samawi. Sudah waktunya kita tidak berdebat sebatas istilah, namun harus membangun bersama untuk menyempurnakan pemahaman tentang keluhuran sejati, keluhuran yang berorientasi terhadap jati diri bangsa.
Maaf, sedikit sukuisme. Saya sempat mendengar orang tua saya berujar, "Orang Jawa jika ingin menyampaikan sesuatu tidak boleh menggurui. Layaknya seorang ibu kepada anaknya, anak tersebut akan dipangku, dikudang untuk memberikan nilai-nilai keluhuran, dengan harapan bisa menjadi kebaikan dirinya maupun kepada orang lain."
Salam,
Rahayu.
Cita-cita kita sebagai Nusantara bukanlah untuk menjadi mendunia (baca: menguasai dunia), namun bertahan untuk menjadi sekumpulan rakyat dengan jati dirinya yang sejati, memiliki ciri khas tersendiri, hingga mampu menjadi inspirasi bagi dunia sebagai keluhuran yang bisa diandalkan.
Terlepas dari ada tidaknya konspirasi penghancuran terhadap Nusantara sebaiknya tetap diantisipasi dengan melakukan berbagai hal yang menguatkan jati diri bangsa, tidak menghilangkan ciri khas yang memiliki nilai keluhuran dalam membangun kebaikan terhadap sesama, memberikan kedamaian dan keselamatan terhadap manusia lainnya.
Tidak selayaknya kita terpancing dengan sulutan emosional liar yang berujung pada perpecahan Nusantara akibat penonjolan perbedaan yang tidak disikapi dengan bijak serta tanpa pemberian solusi.
Kita adalah Nusantara, terbangun dari berbagai keyakinan, dihuni oleh rakyat dengan berbagai agama samawi. Sudah waktunya kita tidak berdebat sebatas istilah, namun harus membangun bersama untuk menyempurnakan pemahaman tentang keluhuran sejati, keluhuran yang berorientasi terhadap jati diri bangsa.
Maaf, sedikit sukuisme. Saya sempat mendengar orang tua saya berujar, "Orang Jawa jika ingin menyampaikan sesuatu tidak boleh menggurui. Layaknya seorang ibu kepada anaknya, anak tersebut akan dipangku, dikudang untuk memberikan nilai-nilai keluhuran, dengan harapan bisa menjadi kebaikan dirinya maupun kepada orang lain."
Salam,
Rahayu.
Comments
Post a Comment